Wednesday, October 13, 2010

Bau Badan

Dia pergi menangis,,
Menyudutkan badan,,
Akupun senang,,
lalu ku lambaikan tangan,,
Dan aku sekarang menjadi "SEGAR",,,

(Jember,2010)

Pengkibul

Punggung terkungkung,,,


Melengkung, tersungkur,,


Hey dia pengkibul,,


Amburadul dan gundul,,


Butuh Cangkul agar menghibur,,

Inginku segerakan ku pukul,,,

Tuesday, October 12, 2010

Isyarat Kegelisahan

Isyarat Kegelisahan

Wanita riang itu tersudut kaku
Hari ini mengatakan  berat tuk melihat
Melihat ke atas yang ku namakan menengadah
Lalu, melihat ke bawah yang ku namakan menunduk

Dalam diam dia lupa
Bahwa lebih nyaman jika melihat yang sepadan
Bercanda, memukul dan mencubit
Kita mungkin lupa pada mereka
Mereka yang selalu senang membuat tertawa

Kadang menengadah membuat lelah
Menunduk pun seperti malu
(Jember,2010)

Mensakralkan Air Dan Bertahan Hidup

Mensakralkan Air Dan Bertahan Hidup

Oleh : Afton Ilman Huda*]

Sejauh mana kita menyayangi air
Maka sejauh itu kita berusaha bertahan hidup.
(Afton Ilman H)

Di manakah Posisi Air

Air yang merupakan sumber kehidupan seharusnya menjadi permata dalam hidup dan dijadikan barang berharga yang sangat bernilai. Berharga dan bernilainya air sungguh terjadi ketika musim kemarau di daerah Ponorogo, Trenggalek dan beberapa daerah lain atau di daerah sekitar ladang industri dan kota-kota besar. Sungguh ironi sekali betapa sulitnya memperoleh air yang layak uintuk dimanfaatkan sekaligus dikonsumsi oleh penduduk di daerah tersebut sehingga menjadi barang langka dan sangat bernilai.

Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan daerah-daerah yang notabene memiliki kaya air dan sangat mudah dimanfaankan serta dikelola manusia. Namun seringkali didaerah yang kaya air bahkan tidak perduli akan pentingnya air. Contoh sederhana mungkin sejauhmana kita rajin menghemat air rumah tangga dengan selalu menutup keran dan saluran air atau sejauhmana kita membersihkan aliran-aliran air, termasuk sungai dan selokan.

Air Dapat Menjadi Sahabat atau Monster menakutkan

Ketika membaca buku the true power of water yang ditulis Masaru Emoto msebuah buku yang didasarkan penelitian metafisika mengungkapkan makna dibalik kekuatan air. Menilik apa yang telah diteliti dan disampaikan pada buku ini mengungkapkan bahwa air akan membentuk kristal yang sangat indah jika di respon oleh hal-hal positif sedangkan akan membentuk kristal yang rusak jikalau direspon oleh ha-hal negatif.

Anda pasti sering mendengar, tahu atau mengalami secara langsung bahwa air kerap kali dipakai dalam pengobatan alternatif. Berbagai terapi pengobatan alternatif memanfaatkan air dengan diminum, digunakan mandi atau di usapkan kebagian yang mengalami sakit. Anda bisa membayangkan ketika air dibubuhi doa-doa kebaikan sehingga membentuk kristal-kristal indah yang kemudian mengalir dalam sekujur tubuh kemudian menghilangkan rasa sakit. Sungguh luar biasanya air bahkan ajaran islam mewajibkan menggunakannya untuk menyucikan diri.

Peristiwa Tsunami Aceh yang membuat Indonesia harus berduka, banjir bandang menakutkan yang menelan puluhan korban di Jember pada saat beberapa lainnya menyambut tahun baru masehi, peristiwa banjir besar yang menimpa banyak kota besar, ibu kota Jakarta atau bahkan bencana lumpur di Sidoarjo yang sampai saat ini sedang dalam penanganan semuanya adalah betapa menakutkannya air bagi hidup.

Bagaimana Keadaan Air

Menurut M. Ikhwanuddin Mawardi dalam pengukuhan sebagai profesor riset bidang hidrologi dan konservasi tanah pada pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT) pada tanggal 2 Desember 2009 menyatakan bahwa kecukupan air untuk berbagai keperluan penduduk di Pulau Jawa pada tahun 2005 diperkirakan hanya mencapai 320 meter kubik per kapita per tahun. Jumlah ini hanya separuh dari yang dibutuhkan sehingga akan terjadi kerawanan yang sangat parah. Mawardi juga mengemukakan penanganan krisis air perlu komprehensif. Setidaknya ada delapan pokok pikiran sebagai langfkah komprehensif untuk menangani persoalan krisis kebutuhan pokok masyarakat tersebut, di antaranya meliputi pelaksanaan dan pengawalan kebijakan nasional, seperti menetapkan tutupan vegatsi seluas 30 persen disetiap wilayah provinsi dan kabupaten serta disarankan pengaturan jumlah dan distribusi penduduk di jawa sebab pada tahun 2007 tingkat kepadatan penduduk di jawa mencapai 864 orang per kilometer persegi atau 0.12 hektar per kapita, dibawah standar dunia yang disarankan 4.18 hektar per kapita. “ Sebanyak 81.1 juta penduduk pada tahun 2007 harus dikeluarkan dari jawa kalau ingin memenuhi standar hidup nyaman.(Kompas,2/12/2009)

Pada tahun 2007 kondisi air di Jawa sangat memprihatinkan, bagaimana dengan saat ini ketika kesadaran sangat lemah dan kepedulian untuk saling mengingatkan sangat kecil. Bisa diperkirakan berapa banyaknya bencana yang akan di akibatkan oleh perbuatan manusia tidak memandang arti penting air. Bencana yang akan di akibatkan adalah kekurangan atau mungkin kelebihan air sehingga selayaknya ada kebijakan strategis mengatur mengenai tingkat kesadaran akan pentingnya air secara hukum. Langkah ini adalah salah satu upaya dan cara penyelamatan kemaslahatan manusia.

Aksi Menyelamatkan Air

Fenomena cukup menarik terjadi di desa Sanen Rejo kabupaten Jember yang mengenal istilah selamatan Barian yakni suatu acara penghormatan terhadap air. Menurut masyarakat setempat tujuannya antara lain adalah meminta keselamatan dan meminta agar paertaniannya berhasil. Acara penghormatan ini dilakukan karena kondisi geografis desa yang di kelilingi gunung sehingga dikawatirkan terjadi longgsor serta permohona masyarakat kepada Yang Maha Kuasa untuk memperlancar pengairan di disa tersebut.

Di ibu kota dikenal Green Green Festival merupakan ajang kampanye tahunan yang untuk kedua kalinya akan diselenggarakan. Ada tujuh perusahaan yang mendukung even ini, yaitu Pertamina, PT Unilever Indonesia Tbk, Panasonic, Sinar Mas, MetroTV, Radio FeMale, dan Kompas. Green Festival 2009 yang akan diselenggarakan di jakarta 5 dan 6 Desember di Jakarta dengan tema ‘Apa yang sudah kamu lakukan…..?’

Dalam Kompas Edisi Kamis 3 Desember 2009 menyebutkan kalau Green Festival tahun lalu lebih fokus kepada pengenalan pemanasan global dan edukasi, tahun ini kami mengajak masyarakat melakukan sesuatu dalam mengurangi dampak pemanasan global. ‘ujar Ketua Pelaksana Program Green Festival, yang juga General Manager Public Relations Kompas Gramedia, Nugroho F Yudho dalam jumpa pers, Rabu (2/12) di jakarta.

*) Penulis adalah Ketua Umum
HMI Cab. Jember Kom. Fisipol periode 2009-2010
Kor.Daerah ILMISPI Jawa Timur

Kebebasan Berekspresi Menuju Demokrasi

Kebebasan Berekspresi Menuju Demokrasi
Oleh : Afton Ilman Huda

Polda Metro Jaya mengimbau pengunjuk rasa tidak membawa hewan, termasuk kerbau, dalam aksinya. Hewak tak cocok dibawa ketempat keramaian. (Kompas/04/02/10)

Larangan tidak mendasar Polda Metro Jaya menciderai kedewasaan jalan menuju demokratisasi Indonesia. Aksi pada tanggal 9 desember 2009 yang melibatkan hewan “kerbau” sebagai simbol perlawanan terhadap kebiasaan pola pemerintahan yang lambat, bertele-tele serta lebih mengutamakan kepentingan golongan. Pemaknaan ekspresi masyarakat seharusnya menjadi kebanggaan terhadap pola pikir masyarakat demokrasi yang kreatif.

Undang undang Nomor 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum serta etika untuk menjaga ketertiban dan keselamatan dimuka umum bukan untuk melarang kekebasan berekspresi menyampaikan otokritik melalui berbagai media.  

Salah jika kita mengansumsikan bahwa dengan membawa hewan sebagai simbol ataupun maskot dalam suatu aksi akan menjadi biang keributan. Pernyataan Kepala Bidang Humas  Polda Metro Jaya yang mengkhawatirkan jika kerbaunya suatu saat strees dan mengamuk lalu lari menuju kerumunan dan akhirnya merusak mobil dan motor sungguh pola pikir yang danggkal. Tugas POLRI adalah untuk menjaga agar aksi berjalan tertib tidak pada ranah membatasi kekebasan ekspresi menyamapaikan pikiran.

Kedewasaan sikap dalam demokrasi harus dimaknai oleh seluruh elemen warga negara Indonesia baik Eksekutif, Legislatif , Eksekutif, maupun Civil Society sebagai ujung tombak berjalannya proses demokrasi Indonesia.  Elemen-lelemen ini harus menjunjung tinggi etika serta memahami ranah-ranah yang menjadi kewenangannya masing-masing sesuai tugas dan peranannya. Poin yang tidak boleh terlewatkan adalah menjunjung tinggi konstitusi dalam kerangka mewujudkan tujuan negara.

Etika Masyarakat Demokrasi

Panitia khusus bentukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam kasus centurygate menyisakan kenangan kelam. Aksi saling hina antara Ruhut Sitompul (Fraksi Partai Demokrat) dan Gayus Lumbun (Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) di forum pansus menyisakan kepedihan dihati rakyat. Wakil rakyat yang diharapkan santun, tegas, berwibawa dan menjunjung tinggi martabat manusia ternyata menampakkkan ketidakmampuannya menjaga amanah rakyat. Kata-kata setan dan bangsat tak layaknya guyonan preman jalanan.





Sikap presiden Susilo Bambang Yudhoyono melihat aksi-aksi jalanan menunjukkan bahwa presiden sudah gerah. Gerah dengan caci- makian, kritikan , simbol-simbol perlawanan, tuntutan dalam sebuah potret layar lebar. Kegerahan ini dimulai dari konflik Cicak dan Buaya, Centurygate kemudian ditampilkan dalam layar lebar pada skema 100 hari janji pemerintahannya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang selama ini menunjukkan sikap santun, beretika, bijaksana dimuka publik sering tampil terbawa pada ranah-ranah eksperesi publlik, kemudian secara tidak langsung citra Susilo Bambang Yudhoyono tersebut terkungkung pada pemaksaan emosional yang secara psikologi tidak beretika kemanusiaan. Terbukti melalui pernyataan-pernyataan yang disampaikan terhadap buku Membongkar Gurita Cikeas oleh George junus Aditjondro sampai masalah yang cukup sederhana yaitu kerbau dalam aksi gerakan masyarakat. Sungguh terlalu sederhana jika seperti ini saja di kritisi oleh presiden bukankah dibalik presiden juga masih ada orang-orang yang lebih tepat untuk menyampaikannya.

Etika masyrakat demokrasi lebih mengedepankan etika kemanusiaan. Sejauh mana hak-hak dasar manusia sebagai warga negara dapat dlindungi oleh undang-undang sehingga berbicara, bertindak dan berperilaku dalam tatanan masyarakat demokrasi sesuai aturan. Elemen-elemen yang menunjang terlaksananya proses demokrasi semestinya bermartabat ala pancasila yang menghimbau warga negara untuk akademis, berideologi , ber-Tuhan dan berkeadilan sosial. Tujannya jelas untuk mewujudkan amanah falsafah negara dalam pembukaan undang-undang dasar 1945.

Kerbau dalam aksi dan gerakan elemen masyarakat ini bukan dimaknai masyarakat yang membutuhkan pendidikan etika tetapi lebih pada penyampaian ekspresi masyarakat terhadap pola pemerintahan atau bahkan permasalahan korupsi yang belum dapat terseleseikan. Masyarakat hanya membutuhkan ketegasan seorang pemimpin dalam mengambil sikap dan prioritas bukan terkungkung pada ranah etika atau martabat.

Manusia Vs Kerbau

Untuk memahami falsafah manusia dan kerbau maka lebih tepat jika menjawab pertanyaan lebih mudah mana yang di atur manusia atau kerbau?. Sesuatu yang mudah tetapi sulit untuk dijawab pada kondisi saat ini.

Mengatur manusia seharusnya lebih mudah karena manusia mempunyai akal pikiran sehingga mampu membedakan mana perintah dan mana larangan. Mengatur kerbau lebih sulit karena kerbau tidak mempunyai akal pikiran tetapi butuh ketelatenan dan kebiasaan untuk mampu mengendalikannya sesuai kemauan kita sehingga kerbau sulit membedakan mana itu perintah m,ana itu larangan.

Jika manusia lebih mudah diatur maka saeharusnya proses tata kelola kenegaraan ini lebih mudah dibandingkan tata kelola peternakan kerbau. Karena pada dasarnya manusia memiliki akal pikiran yang bisa merasakan kepekaan sosial lingkungan sekitar berbeda dengan kerbau yang mesti “diajari” untuk bertindak seseaui komando manusia. Jika kerbau tidak diharapkan keberadaannya dalam aksi dan gerakan seharusnya tata kelola kenegaraan yang efektif harus diupayakan terlebih dahulu. Bilamana tidak terlaksana tidak salah jika kerbaupun akhirnya jadi simbol yang mencerminkan keadaan manusia.


Kebebasan Ekspresi

Proses hukum Prita Mulyasari dalam kasus pencemaran nama baik Rumak Sakit Omni International mengingatkan kita pada sebuah curhatan kecil yang memikat publik. Terobosan cukup menarik ketika ada undang-undang teknologi informasi yang mengatur proses penyampaian opini kemuka publik, tetapi perlu ditegaskan ukuran dan kadar sejauh mana opini ataupun ekspresi kita dibatasi.

Pembatasan-pembatasan formal pada penyampaian opini dan ekspresi dalam kerangka undang-undang dinilai perlu untuk diadakan.  Ketika ukuran etika sering dipermainkan dalam peradilan ketika undang-undang sering disalah artikan dari fungsinya. Negara besar ini butuh pijakan hidup dibawah goncangan kehidupan pandangan non normalisme.

Perlu ditegaskan juga undang-undang untuk membebaskan belenggu permasalahan ini tidak pada ranah hak-hak dasar. Karena dunia menyepakati hak-hak dasar ini sekaligus menjunjung tinggi hubungan antar manusia (human relations). Hak-hak dasar tersebut nantinya akan membuat bangsa tumbuh dari kedewasaan menjaga etika kemanusiaan. Bilamana etika kemanusiaan dijunjung maka secara tidak langsung proses demokrasi akan lebih dewasa dan lurus pada jalur yang ditrentukan oleh etika kemanusian tersebut.



Afton Ilman Huda*
Kordinator ILMISPI Daerah Jawa Timur
(Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Sosial Politik Indonesia)

Monday, October 11, 2010

Berharga Tak Bernilai

Kamu menemuinya dalam angan suaranya
Kadang bisa melihat wajah cemberut lagi surau
Bertemu melalui lamunan canda dan marah
Tapi bagaimana keadaan diriku
Ketiakku jarang kau lihat
Sampai kau tak tahu berapa bulan aku tak mandi
Sungguh-sungguh malang keadaanku
Kadang jatuh, terbanting atau memang sengaja terbuang
Bagaimana dengan kalian
Suaranya apa masih bisa di genggam
Bergurau, bertengkar, bercinta dan atau tak tau malu
Lalu aku mati dan tiada arti lagi

(Jember,2009)

Lototan Kaki Ibu Berjalan

Suara ku mulai habis terbakar aspal
Semangat juang itu tersapu angin jalanan
Entah siapa yg mendengar
Mereka atau kalian
Tapi satu harapanku yaitu kau mendengar curhatku
Jangan coba lari dariku sebab kepalku dapat menjadi onggok api yang membara
Membakar, melepuh dan sakit
Tapi wanita tua itu
Hatinya bergemuruh
Bingung, marah, sedih, ada kala tersenyum pahit
Matanya menyemburkan kristal dan berucap 'anakku'
Tiap hari hanya bersujud
Mencari Tuhan untuk keadilan diriku
Lalu aku malu dan mereka tak mau tau
(Jember,2009)

Bangku Kemesraan Secangkir Kopi

Bangku Kemesraan Secangkir Kopi


Bangku Tua kusut penuh luka
Kisah pemimpin pemimpin bangsa
Kakiku bebas menjamah
Anganku menjadi seru

Badanku menggeliat geli
Dan keringatku gatal, lengket lagi menyengat
Temanku berkata..
"Sudah Berapa Hari Kau Tak Mandi?"
Aku tersipu tak pernah malu
Karna ku tau wangi kopi itu melindungiku

Kerongkongan anyir pita suara terseruak
Ternyata kebul rokok bercinta dengan kopi yang teminum olehku

Bangku kemesraan itu
Melupakan bahwa kemarin aku, dia dan mereka baru hidup sempurna sebagai manusia
Namun saat ini kita berbisik, esok berteriak
Lalu tak berarti
Tapi aku pasti perduli
Karna hidup ini butuh di beri arti

Kopi kering mengendap
Api rokok mulai mendekat
Suara Tuhan mengundang
Aku lari dan kusegerakan mandi
(Jember,2009)

Berisik

Ssst berisik
Dia,kamu atau aku
Ssst mungkin aku
Kau membuatku tersipu malu
(jember, 2009)

Hening

Jangkrik merdu berkicau pelik
Sinar terang mata kucing menembus kegelapan
Percintaan keduanya dalam kegelapan membuat sendu

Suara lantang aktifis jalanan tertelan bisikan para koruptor
Durja krimpong terdiam memaku

Pahlawanan saat ini memalingkan diri
Pahlawan yang berpulang berdemonstrasi
Berselimut bulu domba yang termaki tanah perkusi

Hening.......

Mungkin air mata pemimpi mengukir arti
Menulis ayat di peringatan pemimpi
(Jember,2009)

Dia Pergi dan Sepi

Aku selalu merasa dekat dengannya
Aku menyayangi dan berharap dia beristirahat dalam damai
Ini adalah peristiwa yang sangat menggetirkan
Aku senang bisa becanda tawa dan bekerja sama
Dia berbakat, hangat, dan baik hati
(Jember, 2009)

Gie Namanya

Meski telah 40 tahun silam
Dia pergi dengan idealis dan integritas
Keteladanannya sebagai momok tokoh tua inpirator pemuda

Dia kombinasi ilmu dan hati
Juga berteguh prinsip
Bernafas bersama masyarat pribumi

(Jember, 2009)

Surbanku Terbang Ke Bali

Bali merupakan tempat yang selalu ada dalam mimpi
Tak pernah kutemui atau hanya sekedar basa basi

Rumahku di pulau kecil berayun ombak gelonggongan
Tempat terpencil yang sulit mememukan TV
Berjajar santri berkalung surban putih

Akupun selalu kehilangan informasi dan kegiatanku belajar kitab suci
Demi terkasih dalam 27 tahun hidup ini

Dua kali terdengar bisikan mesra para petani garam
Bali terinfeksi bom bunuh diri
Aku menjadi bingung sedang apakah yang terjadi

Hari ini mataku bercinta dengan sosok yang bernama Bali
Dikelilingi laut tak jauh beda saat dimana aku terlahir

Mata terperongoh
Hati Terkesan pilu tak sadarkan diri

Manusia tak ada harganya lagi
Payudara beradu saing bak matahari kelabu
Rambut kemaluannya terlihat jelas mengungguli rambut di kepalaku
Pelukan, ciuman bahkan persenggamaan telihat begitu suci
Domisili air putih tergantikan alkohol murni

Tanah ini membutuhkan revitalisasi harga diri
Untuk sebuah jati diri
Menutupi kesucian ajaran Tuhan agung pulau ini
Tapi satu hal yang pasti, posisinya tak tergantikan sebagai pemasok devisa negeri

(Jember, 2009)

Tubuh Berkicau Noda

Bukan karena aku bermula dari darah
Sehingga layak di sebut getah
Di sebuah tempat peraduan
Perebutan nyawa bersanding tawa bahagia

Getah ku lahap
Mereka bergeming penuh amarah

Aku sendiri malu mendapatkan curah
Kejatuhan bogem suara berkoar sedekah

Sungguh sulit berhapus pengumpat
Hanya senang berpetak umpat
Pengorbanan jiwa suara lahat
Tertutup surau berbungkus pahat

Nodamu kau usapkan berdebah
Lelah aku bertahan penuh hunjaman
Tapi diam pun bukan berjuang
Mengharunkan nama titipan darah bergulah

Kini aku tinggallah sampah
Mengulum pepaya yang tak berbuah
Bersanding mulia dengan kaum bedebah

(Jember, 2010)

Goyangan kereta bernuansa harmonis

Awalnya aku mengenalnya lewat mata
Berparas monjong panjang
Hingga akhirnya aku bertemunya dalam mimpi

Kereta menarik hatiku dan juga menarik keinginanku

Kereta menarik kakiku lalu menarik tanganku

Saat ini aku bertemu hingga akhirnya jatuh hatiku, terpuaskan keinginanku, ku injakkan kakiku lalu kupegang erat dengan kedua tanganku

Aku melihat kereta di kotaku, di kotamu, tapi tidak di kotanya
aku ingin dia rasa sepertiku
Melihat, Menginjak, memijit tapi tidak di dalam mimpi

Aku ingin kereta ada dikotamu
Membawamu keliling kota yang tak terkenali pemimpinmu

(Jember, 2009)

Gadis Pemungut Beras

Aku hanya gadis pemungut beras
Tinggal di teras rumah juragan beras

Kebiasaanku memungut beras membuatku giat bekerja keras
Bulir demi bulir kukantongkan di plastik yang kupungut dari tumpukan sampah mengeras

7 tahun lalu aku anak penebas Beras, Punya nama suci di tanah kaum priyayi
Tinggal di rumah mewah, punya kamar sendiri dan tak pernah lupa mandi
Kuingat saat itu aku tak pernah telat menggosok gigi
Nasi yang setiap saat tertelan seperti daging menusuk gusi

Tapi saat ini perempuanyang rajin menyuapiku terbaring lemas
Kusut tak berdaya melawan tumor ganas

Lelaki ganas penebas beras pun kini tinggal bekas
Menghilang di telan kelamin lemas wanita berparas kudapan

kini aku hanya seorang pemungut beras
Makan dari getah kelamin bertuan gairah

Waktu berlanjut tak terkendali tak terasa lamunanku menghilang berbekas
Hingga akhirnya bulir bulir beras yang semestinya kumasak menjadi santapan rombongan ayam bekisar

Hari ini akhirnya ku berbagi
Aku tak sarapan pagi ayam pun dengan riang bernyanyi
Berbaris sepanjang teras yang kusayangi
Sekejap kupalingkan Wajah, Si ayam berulah lagi
Mengeluarkan sesuatu berwarna hitam menyengat yang kusebut Buasar

Sungguh pelajaran balas budi berarti
Mengingat luka kelamin berbau kasturi

(Jember,2010)

Rumahmu Dipesakitanku

Disini tempat ku mulai merajut mimpi
Mengemas pusara berbuah ari
Nyaman tentram penuh pelangi
Elok, permai bergelar permadani dari padi

Seketika aku tersendak,
Bangun dari dunia penuh mimpi
Sungguh hina kau pencuri
Hanya duduk, emaspun datang sendiri
Emas dari pesakitanku yang penuh dengan mimpi

Tak terbayangkan kelak kau digelontori
Di hina banyak kaum pemimpi

Hingga datang saat itu
Ketokan palu mulai memutuskan nasibmu
Mengantarkan kau jauh pergi ke pintu taubatku
Bergandeng Lembut para sipir bui

Hari ini

Sandiwaramu mulai kau lepas lagi
Kau jual emas murniku
kau rayu pejabatku
Dengan cumbuan manis ala sifatmu

Diam-diam kau bangun hotel di kabinku
Kau pasang photo bugilmu
Dan kau alirkan penyejuk ruangan kawan-kawanku dengan obat penenangmu

Hari ini aku menjalani separuh mimpiku
Dari Dakwaan seumur hidupku
Dalam sepi aku berdzikir
Bertemu malaikat dermawan nan cengar-cengir
Pengantar suci bertemu Tuhan pemurah hati

(Jember, 2010)

Sebuah Kotak Musik Kenanganku

Teringat dalam lamunan sendu
Sebuah cerita lalu
Tentang kisah asmara melayu
Asmara melayu bagian kotak musik itu

Ku sampaikan pesan ini agar kau tau aku ada
Mengingat lamunan asmara melayu

Kau tolak pesan ini hanya demi ketidaknyamanan dengan sebuah peradaban.
Aku pun akhrnya tau
Kotak musik itu pun aku tak tau kau simpan
Demi rasa sayang dbalik 6 orang teman
Hatimu pun tak kau bohongi
Demi sebuah arti yang tak pernah ku pahami sampai saat ini
(Jember,2010)

Permainan

Permainan

by Afton Hielma Humanis on Monday, March 29, 2010 at 10:32pm
Ingat saat kecil ku merengek
Demi sebuah mainan itu
Mainan yang menyenangkan hati wajah kecil nan lugu
Lalu bosan dan cari lagi

Dewasa kini kian menggebu-gebu
Malu pada permainan
Permainan yang ku jadikan prestasi

Sampai hari ini
Melamun, meratapi diri
Sekejap terkagum pada-Mu
Sesuatu indah, sedih dalam gerakan permainan-Mu
Pada titik itu aku sadar berada dalam permainan-Mu
Seprti aku memainkan peran raja dalam sandiwara lucu. 
(Jember, 2010)

Dia (cinta pertama)

Beberap tahun lalu
Masa pengungkapan rasa itu
Bingung
Akhirnya pun sendu

Berjalannya waktu
Mesra duka itu
Menghiasi masa laluku

Diamku tanda ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan yang bermula dari belajar
Belajar
Belajar membungkus rasa sayang

Hari ini di bawah bayang-bayang
Bayang-bayang kemesraan
Warna merona nan mengayun

Memahami Arti Sebuah Pesan

I
Lelah, capek dan gundah...
Berlari demi sebuah kebutuhan diri
Berguna bagi mereka tapi ku tak perduli
Keliling dan terik kulalui sendiri, sehingga ku pun bisa menari
Dia pergi aku pun asyik melampaui rona pelangi
Akhirnya seketika terhenti...
Bertanda sebuah pesan
Pesan kecil, emosional dan menyentuh akal budi
II
Bukan diskusi penuh emosi lagi...
Tetapi bermula dengan hati yang tersentuh lembut bak tergampar
Bukan Ego lagi tetapi belajar mengingat apa yang terjadi pada diri ini
Pengorbanan bukan lagi tak berarti melainkan tak tau diri
Tak lagi berbicara tentang khawatir
Tak lagi berbicara tentang hubungan
Melainkan sisi humanis hidup tuk berbagi
Berbagi peran dan waktu tuk mereka
Ayah, Ibu , dan kalian...
Perjalan selama ini tak begitu berarti lagi
Ingin berubah demi buah jati diri
(Sidoarjo, 25 Juli 2010

Sendiri

Asyiknya sendiri
Begitu banyak makna laksana pelangi
Bukan sikap tetapi ketegasan arti
Bahwa diri butuh agung
Agung dengan harapan besar
Besar tuk tidak sendiri
Berbagi, bergelut, dan menuai buah manja
Bagi mereka dan kalian
Dan itu tidak bagiku
Pilihan yang sulit tuk di ungkapkan
Dari pada berkorban penuh hardikan
Hardikan yang membuatnya harus menggerutu
Tak tau apa lagi yang kupertahankan
Kalau bukan rasa cinta itu
Cinta atas segala nilai yang diperjuangkan
Namun, tidak bagi mereka dan kalian
Serasa tau dan memang harus begitu
Sehingga semua menjadi pembenaran mengutuk harga diri
Bahwa aku begitu lemah
Tapi perlu diingat perjalanan hinggga sampai menjadi seperti ini
(Jember, 1 juni 2010)

Perbincangan Semalam

Perbincangan Semalam

Dari arti sederhana sampai rumit
Kucoba pahami arti sebuah budaya yang melilit
Mendarah daging tak mampu berjalan sesuai peradapan zaman
Menjadi sulit, Tapi tak mampu tuk ku beli
Budaya yang mengartikan diri sebuah seni
Seni atau hanya kekuatan tuk membela diri
Sebuah trah leluhur nan suci
Berkembang di pulau dewata bersinar dan mewangi

(Jember, 06 Oktober 2010”00.50” WIB)

Kita (Baru)

Kita (Baru)

Hari ini peradaban baru dimulai
Sebuah harapan bertabur simpony
Dia dan dia
Aku pun tak jua tau
Sekeliling keluarga yang bersemi
Kuhidupkan Semangat tuk bangkit Kembali

Asa iri menjadi sunyi
Penuh perasaan tuk saling menghormati
Tanpa sadar saling memperhatikan dan mengingatkan
Semakin rumit dan kuserahkan pada logika  yang terbalik
(Jember,2010)

Sebuah Tanda Kasih

Sebuah Tanda Kasih
(Dipersembahkan untuk teman-teman BEM FISIP Universitas Brawijaya)

Senyum kecilku mungkin tak terlalu berarti
Usahaku bukan layak tuk diapresiasi
Ucapan kasih tak akan pernah henti tertuang
Untuk kalian si pejuang yang sempat terkatung ketakutan


Di hari yang bergoreskan tinta  hitam
Cuma seutas tulisan yang tergambar
Sebuah tanda kasih untuk berawalnya perjalanan
Perjalanku, Dia dan mereka yang telah kau pertemukan
Meskipun hanya tuk sekedar berbincang bincang
Merumuskan arti sebuah nama dan persahabatan
(Ditulis pada saat acara Musda ILMISPI Jatim, Bali, Nusa Tenggara, Malang 30, September 2010)

Perjalanan Bersama

Perjalanan Bersama
I
Pagi ini aku, dan kalian
Bersama memulai, membangun, dan menghidupkan
Nuansa harmoni bercampur ironi
Mencoba meraba makna dengan raga yang tak sadarkan diri

Kemegahan tak akan bertahan tanpa niatan tulus seorang insan
Membesarkan diri kemudian memberi arti

Nuansanya kian berbeda,
Bukan karna aku tak menghiraukan kalian
Dalam diamku tersadar  akan kerinduan
Kerinduan bersama mewujudkan impian

Pada saat memulai kucoba tuk tuliskan
Sebelum kalianlah yang melanjutkan
Bukan lantas hanya berpesan, tapi untuk sebuah impian

Sedih beradu dengan bahagiaku
Membuatku lupa dimana ragaku, tetapi
Wajah kalian membuatku nyaman,
tegas memancarkan aroma keindahan


II
Sangat terlalu jauh aku memperhatikan kalian
Ternyata, aku tersadar
Segerombolan orang mendiskusikan titik ideal

Penjalanan yang tak terlupakan
Bersatu membangun generasi baru
Lalu tak akan pernah mati
Hingga suatu hari nanti, aku dan kalian
Tak pernah bisa berangan-angan
(Ditulis pada saat acara Musda ILMISPI Jatim, Bali, Nusa Tenggara, Malang 30, September 2010)